Mon Dec 16
[POPULER JABODETABEK] WNI di Myanmar Diancam Diamputasi Kaki atau Tangannya jika Tak Bayar Tebusan | Jeritan Warga Usai Kenaikan Pertamax
2024-08-13 HaiPress
JAKARTA,KOMPAS.com - Sebanyak tiga berita di kanal Megapolitan Kompas.com menarik perhatian banyak pembaca sehingga menjadi tiga berita populer sepanjang Senin (12/8/2024).
Berita tentang WNI di Myanmar diancam diamputasi kaki atau tangannya jika tak bayar tebusan menjadi berita terpopuler pertama.
Kemudian,berita mengenai jeritan warga usai melonjaknya harga Pertamax menjadi berita terpopuler kedua.
Baca juga: Anies Terancam Batal Diusung PKS,Pengamat: Masih Bisa Maju Kalau Bisa Yakinkan PKB,Nasdem,dan PDI-P
Sementara itu,berita tentang Kemenlu sebut WNI yang diduga disekap berada di daerah konflik Myanmar menjadi berita populer ketiga.
Berikut ini adalah paparan dari tiga berita populer yang disebutkan di atas:
1. WNI di Myanmar diancam diamputasi kaki atau tangannya jika tidak bayar tebusan Rp 478 Juta
Suhendri Ardiansyah (27),WNI yang diduga disekap dan dianiaya di Myanmar sempat diancam akan diamputasi kaki atau tangannya jika pihak keluarga tidak membayar uang tebusan sebesar 30.000 dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 478 juta.
"Jadi Hendri nerjemahin,antara tangan,kalau enggak kaki (akan diamputasi jika tidak ditebus keluarga)," ujar sepupu Hendri,Daniel (39),saat ditemui di Pesanggrahan,Jakarta Selatan,Jumat (9/8/2024).
Baca juga: KBRI Yangon Berupaya Selamatkan WNI yang Diduga Disekap dan Dianiaya di Myanmar
Pihak keluarga juga sempat juga dimintai uang sebesar Rp 18 juta untuk meringankan siksaan Hendri.
"Sore ini dia (Hendri) telepon bapaknya,minta duit sekitar Rp 18 juta-an dulu. Itu bukan buat lepasin Hendri,itu buat ringanin beban dia,dalam arti enggak digebukin karena dia bahasanya,enggak sanggup digebukin mulu tiap hari," tambah Daniel. Baca selengkapnya di sini.
2. Jeritan warga usai melonjaknya harga Pertamax
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Pertamax yang mulai diberlakukan sejak Sabtu (10/8/2024) menuai respons beragam dari masyarakat.
Sebagian masyarakat merasa kenaikan harga BBM nonsubsidi itu menambah beban hidup,terutama bagi mereka yang menggunakan sepeda motor untuk aktivitas sehari-hari.
Baca juga: Keluhkan Kenaikan Harga Pertamax,Warga: Kalau BBM Naik,Barang-barang Biasanya Ikut Mahal
Sejumlah warga,khususnya di Kota Bogor,menyuarakan keluhan mereka atas kenaikan ini. Salah satunya seorang pengendara sepeda motor bernama Rohati (43).
Ia merasa kenaikan harga Pertamax menambah beban hidupnya yang sudah sulit. Baca selengkapnya di sini.
3. Kemenlu: WNI yang diduga disekap dan dianiaya berada di daerah konflik Myanmar
Diplomat Muda Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI,Rina Komaria mengatakan,Suhendri Ardiansyah (27) diduga disekap dan dianiaya di daerah konflik di Myanmar.
"Koordinasi dengan otoritas Myanmar. Wilayahnya daerah konflik sehingga prosesnya kompleks," ujar Rina saat dihubungi,Senin (12/8/2024).
Baca juga: Mimpi Buruk Warga di Pesanggrahan,Disekap di Myanmar Usai Dijanjikan Kerja hingga Diancam Diamputasi
Hendri diduga disekap di daerah Myawaddy,berjarak sekitar 564 kilometer dari Ibu Kota Myanmar,Naypyidaw.
"Tapi mengeluarkan WNI dari wilayah tersebut (Myawaddy) sangat sulit karena dikuasai kelompok bersenjata. Otoritas pusat Myanmar pun tidak dapat menjangkau," tambah dia. Baca selengkapnya di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Penafian: Artikel ini direproduksi dari media lain. Tujuan pencetakan ulang adalah untuk menyampaikan lebih banyak informasi. Ini tidak berarti bahwa situs web ini setuju dengan pandangannya dan bertanggung jawab atas keasliannya, dan tidak memikul tanggung jawab hukum apa pun. Semua sumber daya di situs ini dikumpulkan di Internet. Tujuan berbagi hanya untuk pembelajaran dan referensi semua orang. Jika ada pelanggaran hak cipta atau kekayaan intelektual, silakan tinggalkan pesan kepada kami.